Minggu, 20 Januari 2013
Memaksimalkan Ruangan Rumah
Bingung memilih furniture karena tak sesuai dengan keinginan dan bentuk ruang? Coba lirik furniture built-in. Furniture built-in mampu mengatasi keterbatasan dan kekurangan ruang. Jika diartikan secara harfiah, furniture built-in adalah perabot yang ditanam. Perabot ini memang dibuat dengan desain dan ukuran sesuai ruangan tempat untuk meletakkan furniture tersebut, sehingga perabot itu terkesan seperti ditanam didalam ruang.
Ukuran yang dijadikan patokan adalah kondisi eksisting, dengan memanfaatkan setiap celah yang ada. Selain dapat memaksimalkan penggunaan ruang, furniture built-in juga dapat dipakai untuk menutupi kekurangan elemen ruang. Misalnya menutup dinding miring atau permukaan lantai yang tidak rata. Sudut ruang yang tersisa, daripada dibiarkan kosong, tak ada salahnya dimanfaatkan.
Sepintas memang furniture built-in nampak sedikit merugikan. Pasalnya furniture ini tampil permanen dan tak bisa dipindah ketika mengisi ruang. Apalagi ketika nantinya kebutuhan ruang makin berkembang dan memaksa terjadi perluasan. Tak jarang furniture built-in harus dibongkar dan tak terpakai dikemudian hari. Namun tak berarti furniture ini lantas ditinggalkan orang. Kini banyak orang mulai melirik dan memperhatikan space ‘tak berguna’ dalam rumahnya untuk diisi dengan furniture built-in.
kelebihan furniture built-in
Pertama :
Maksimalkan fungsi ruang
Jika dicermati, furniture built-in adalah solusi untuk memaksimalkan fungsi ruang, dan tidak menyisakan sedikitpun adanya celah. Misalnya memanfaatkan sudut ruang atau ruang sisa di bawah tangga sebagai lemari, sehingga akan memberikan kesan rapi sekaligus memaksimalkan sisa ruang.
Kedua :
Eksklusif
Nilai eksklusif terjaga, karena modelnya disesuaikan dengan kebutuhan ruang dan kenginan Anda. Misalnya desain set tempat tidur atau dapur (kitchen set). Desain dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan pemilik ruang, dan tak ada kemungkinan untuk disamai.
Ketiga :
Penampilan Rapi dan Kompak
Desain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan telah menyatu dengan ruang, membuat rumah terlihat lebih rapih, bersih,dan kompak. Apalagi jika furniture juga didesain dengan fungsi penyimpanan yang bisa menyimpan barang lain didalamnya.
Keempat :
Harga Fleksibel
Harganya fleksibel, bisa lebih mahal atau sebaliknya lebih murah daripada furniture biasa. Semua tergantung dari model, ukuran, kualitas bahan dan proses pengerjaan.
Kelemahan furniture built-in
Pertama :
Waktu Pengerjaan
Butuh waktu agak lama pengerjaannya, mulai dari desain, pengukuran, pemilihan bahan, pengerjaan sampai pemasangan. Hal ini penting, agar kelak tidak terjadi kesalahan ataupun ketidaksesuaian ketika furniture telah terpasang.
Tak Bisa Dipindah
Sudah jelas bahwa furnitue built-in tidak bisa dirubah posisinya, karena furniture tersebut sudah ditanam dalam ruang. Solusinya adalah, pilih furniture built-in dengan model yang lebih simpel dan warna-warna netral, sehingga gampang disesuaikan dengan elemen interior lain.
Kiat menekan harga
Substitusi Material. Selain rangka 1. utama, kita bisa melakukan substitusi material. Rangka utama harus menggunakan bahan berkualitas, karena menjadi kekuatan utama furniture. Pilih material finishing dengan harga yang lebih murah, semisal pilih keramik daripada granit untuk top table dapur, atau finishing vernis menggantikan polyurethane. Minimalkan desain. Pilih desain 2. yang sederhana, yang tidak memakan banyak material dan tidak rumit pengerjaannya. Makin rumit desain, makin mahal harga furniture.
Cermat memilih produsen. 3. Di pasaran, banyak tersedia jasa pembuat furniture. Makin terkenal dan makin jauh lokasi pembuat jasa, makin mahal harga furniturenya. Selain dibebani ongkos jasa pesan antar yang lebih mahal, faktor “terkenal” si jasa pembuat biasanya mempengaruhi harga. Jika memungkinkan, pesan langsung ke tukang furniture, berbekal gambar atau model yang Anda inginkan. Pilih tukang atau produsen yang berpengalaman seperti di mebeljati.info ini. Lihat produk yang pernah dihasilkan, dan andalkan referensi teman.
Sumber: rumahku
Bingung memilih furniture karena tak sesuai dengan keinginan dan bentuk ruang? Coba lirik furniture built-in. Furniture built-in mampu mengatasi keterbatasan dan kekurangan ruang. Jika diartikan secara harfiah, furniture built-in adalah perabot yang ditanam. Perabot ini memang dibuat dengan desain dan ukuran sesuai ruangan tempat untuk meletakkan furniture tersebut, sehingga perabot itu terkesan seperti ditanam didalam ruang.
Ukuran yang dijadikan patokan adalah kondisi eksisting, dengan memanfaatkan setiap celah yang ada. Selain dapat memaksimalkan penggunaan ruang, furniture built-in juga dapat dipakai untuk menutupi kekurangan elemen ruang. Misalnya menutup dinding miring atau permukaan lantai yang tidak rata. Sudut ruang yang tersisa, daripada dibiarkan kosong, tak ada salahnya dimanfaatkan.
Sepintas memang furniture built-in nampak sedikit merugikan. Pasalnya furniture ini tampil permanen dan tak bisa dipindah ketika mengisi ruang. Apalagi ketika nantinya kebutuhan ruang makin berkembang dan memaksa terjadi perluasan. Tak jarang furniture built-in harus dibongkar dan tak terpakai dikemudian hari. Namun tak berarti furniture ini lantas ditinggalkan orang. Kini banyak orang mulai melirik dan memperhatikan space ‘tak berguna’ dalam rumahnya untuk diisi dengan furniture built-in.
kelebihan furniture built-in
Pertama :
Maksimalkan fungsi ruang
Jika dicermati, furniture built-in adalah solusi untuk memaksimalkan fungsi ruang, dan tidak menyisakan sedikitpun adanya celah. Misalnya memanfaatkan sudut ruang atau ruang sisa di bawah tangga sebagai lemari, sehingga akan memberikan kesan rapi sekaligus memaksimalkan sisa ruang.
Kedua :
Eksklusif
Nilai eksklusif terjaga, karena modelnya disesuaikan dengan kebutuhan ruang dan kenginan Anda. Misalnya desain set tempat tidur atau dapur (kitchen set). Desain dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan pemilik ruang, dan tak ada kemungkinan untuk disamai.
Penampilan Rapi dan Kompak
Desain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan telah menyatu dengan ruang, membuat rumah terlihat lebih rapih, bersih,dan kompak. Apalagi jika furniture juga didesain dengan fungsi penyimpanan yang bisa menyimpan barang lain didalamnya.
Keempat :
Harga Fleksibel
Harganya fleksibel, bisa lebih mahal atau sebaliknya lebih murah daripada furniture biasa. Semua tergantung dari model, ukuran, kualitas bahan dan proses pengerjaan.
Kelemahan furniture built-in
Pertama :
Waktu Pengerjaan
Butuh waktu agak lama pengerjaannya, mulai dari desain, pengukuran, pemilihan bahan, pengerjaan sampai pemasangan. Hal ini penting, agar kelak tidak terjadi kesalahan ataupun ketidaksesuaian ketika furniture telah terpasang.
Tak Bisa Dipindah
Sudah jelas bahwa furnitue built-in tidak bisa dirubah posisinya, karena furniture tersebut sudah ditanam dalam ruang. Solusinya adalah, pilih furniture built-in dengan model yang lebih simpel dan warna-warna netral, sehingga gampang disesuaikan dengan elemen interior lain.
Kiat menekan harga
Substitusi Material. Selain rangka 1. utama, kita bisa melakukan substitusi material. Rangka utama harus menggunakan bahan berkualitas, karena menjadi kekuatan utama furniture. Pilih material finishing dengan harga yang lebih murah, semisal pilih keramik daripada granit untuk top table dapur, atau finishing vernis menggantikan polyurethane. Minimalkan desain. Pilih desain 2. yang sederhana, yang tidak memakan banyak material dan tidak rumit pengerjaannya. Makin rumit desain, makin mahal harga furniture.
Cermat memilih produsen. 3. Di pasaran, banyak tersedia jasa pembuat furniture. Makin terkenal dan makin jauh lokasi pembuat jasa, makin mahal harga furniturenya. Selain dibebani ongkos jasa pesan antar yang lebih mahal, faktor “terkenal” si jasa pembuat biasanya mempengaruhi harga. Jika memungkinkan, pesan langsung ke tukang furniture, berbekal gambar atau model yang Anda inginkan. Pilih tukang atau produsen yang berpengalaman seperti di mebeljati.info ini. Lihat produk yang pernah dihasilkan, dan andalkan referensi teman.
Sumber: rumahku